Sekarang di sini aku, terkatung-katung pada kontinen makna. Laut yang keras, kata yang deras, benak yang terperas. Di sini aku bertahan terus sebagai diri, menambal retak-retak, menahan gempuran daya yang membelah-belah, bergerak saja ke depan. Di sini aku, berkutat mengingat arti lahir di dunia, memahami lemparan nasib, menerka maksud jatuhnya Adam dan Hawa, menyingkap kepungan dunia, melompat-lompat, mengurai-urai, memaknai saja segalanya. Di sini aku menjaga kilauan api dalam diri, menjaga gelora, beriak dalam temaram bertahan tak padam.
Pembuka Kenangan
Mengingat perjalanan hidup seperti membuka album foto. Analogi klise ini begitu sering diucapkan. Ada saat kuanggap itu cuma metafora basa-basi, enteng saja diucapkan orang tanpa kesungguhan di dalamnya. Seperti mengucap “apa kabar” setiap kali saling bertemu tanpa benar-benar ingin tahu kabar sesungguhnya. Namun setelah sekian tahun mengikuti hidup, memandanginya, teranganterangan, atau hanya mengintip lewat lamunan, menekuri mimpi yang tak direncanakan, mencermati detail dan liku-likunya, sebaris kata itu jadi punya makna penting.
Gambar-gambar kejadian yang kualami tersorot di benak. Tak persis seperti aslinya tetapi warna-warni rentetan gambar itu berdaya besar membawaku pada perasaan masa lalu. Perasaan itu pun tak lengkap betul, tapi cukup membuatku merasa berada di waktu dan ruang peristiwa yang pernah kulakoni.
Kenangan menghampar luas di benak, mengajak masuk, bermain-main, larut, membaur dengan sukaduka di dalamnya. Betapa beragam peristiwa yang dialami manusia. Betapa kompleks liku-liku pada diri satu manusia saja: aku.
Baikkah mengenang-ngenang masa lalu? Aku tak tahu. Aku tertarik saja ke sana, mendapatkan lagi rupa-rupa rasa yang sempat kulupa. Kesenangan, kesedihan, kekagetan, kelesuan, kehampaan, semangat menguliti hidup, menapis hidup, menentang hidup, mengukir hidup, meraup hidup, membuang hidup, kesia-siaan, ketakutan, kekalahan, kekosongan, kekangenan, kebosanan, kegairahan, ketakmengertian atas segala yang kualami. Seperti malai, biji-biji kenangan berkaitan membentuk kala seperti bintangbintang pemandu arah, diikat cahaya sukacita dan harapan masa kini, menjelma jaring-jaring cerita yang memberi bentuk bagi diri.
Berbelit dengan jaringan rasa itu aku tertawa lagi, menangis lagi, lesu lagi, menjerit lagi, terkejut lagi, terpukul lagi, terlempar lagi, bosan lagi, bergairah lagi, lagi, dan lagi. Begitulah bayang-bayang berseliweran dalam benakku, memenuhiku, menebar segenap penjuru. Begitulah cerita-cerita lama berhamburan.
INFO BUKU
Judul: Akadomos
Penulis: Bagus Takwin
Penerbit: Jalasutra
Edisi:
Halaman: 368
Ukuran: 15 x 21 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Baru
Harga:Rp. 58.000 Rp. 47.000
Call No:
Judul: Akadomos
Penulis: Bagus Takwin
Penerbit: Jalasutra
Edisi:
Halaman: 368
Ukuran: 15 x 21 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Baru
Harga:
Call No:
No comments:
Post a Comment