Mischa de Vreede ingin hadir pada bulan Agustus 1995, pada ulang tahun ke-50 Republik Indonesia, yang akan dirayakan di negeri tempat ia dilahirkan tahun 1936. Bukan untuk menghadiri meriahnya perayaan tersebut, tetapi karena memperingatinya secara massal diharapkan akan banyak membangkitkan kenangan pribadi dan berbagai cerita menarik lainnya.
Ia benar-benar hadir, baik di ibukota Jakarta maupun di tanah seberang, Minahasa. Bertatap muka, dan melalui wawancara akrab memberikan jawaban mereka atas tiga pertanyaan yang sama, “Anda di mana saat-saat 17 Agustus 1945? Apa yang terjadi dan mengapa demikian? Lalu selanjutnya, bagaimana kejadiannya, dan kini bagaimana?”
Sejarah lisan, “oral history”, berbagai ungkapan, antara lain dari Roeslan Abdulgani, Rendra, Rosihan Anwar, Pak Nasution, dirajut menjadi gubahan yang mengikutsertakan suara sendiri. Untuk yang mengikuti pandangannya, akan dicapai suatu wawasan pelengkap sejarah Indonesia
Ia benar-benar hadir, baik di ibukota Jakarta maupun di tanah seberang, Minahasa. Bertatap muka, dan melalui wawancara akrab memberikan jawaban mereka atas tiga pertanyaan yang sama, “Anda di mana saat-saat 17 Agustus 1945? Apa yang terjadi dan mengapa demikian? Lalu selanjutnya, bagaimana kejadiannya, dan kini bagaimana?”
Sejarah lisan, “oral history”, berbagai ungkapan, antara lain dari Roeslan Abdulgani, Rendra, Rosihan Anwar, Pak Nasution, dirajut menjadi gubahan yang mengikutsertakan suara sendiri. Untuk yang mengikuti pandangannya, akan dicapai suatu wawasan pelengkap sejarah Indonesia
INFO BUKU
Judul : SELAMAT MERDEKA: KEMERDEKAAN YANG DERESTUI
Penulis : Mischa de Vreede
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Edisi: 2005
Halaman: 208
Ukuran: 15 X 23 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Baru
Harga: Rp: 70.000 63.000
Judul : SELAMAT MERDEKA: KEMERDEKAAN YANG DERESTUI
Penulis : Mischa de Vreede
Penerbit: Yayasan Obor Indonesia
Edisi: 2005
Halaman: 208
Ukuran: 15 X 23 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Baru
Harga:
No comments:
Post a Comment