Search This Blog

REKONSTRUKSI PEMIKIRAN AGAMA DALAM ISLAM, Muhammad Iqbal

Dalam buku monumentalnya ini, Iqbal memikirkan peranan Islam sebagai Agama, juga sebagai filsafat politik dan hukum di zaman modern. Dengan tegas Iqbal menolak sikap dan tingkah laku politik para politisi muslim, yang menurutnya secara moral salah jalan, terikat pada kekuasaan dan tidak berpihak kepada umat muslim. Dia pun menegaskan bahwa sekularisme yang dijadikan prinsip panduan untuk pemerintahkan muslim. Untuk itu, Iqbal menawarkan gagasan tentang kesatuan dan kerjasama politik Islam yang lebih besar di antara pelbagai Muslim.

“Iqbal adalah suara dari Timur yang menemukan denominator yang sama dengan Barat dan telah membantu terciptanya sebuah komunitas universal yang berlapang dada terhadap semua perbedaan ras, agama, dan bahasa. Sekalipun Iqbal putra Pakistan, kami bangsa Amerika juga mengakuinya.”
(William O. Douglas, Mahkamah Agung Amerika Serikat)

“Dalam tulisan-tulisannya mengenai kemasyarakatan dan filsafat seperti juga dalam sajak-sajaknya, Iqbal tak sekadar prihatin terhadap ketidakadilan, akan tetapi dengan bersemangat ia menghendaki suatu perubahan kehidupan yang revolusioner. Iqbal adalah tokoh terdepan dalam barisan progresif di zamannya.”
(G.P. Polinskaya, Indialog asal Rusia)

“Bagi Iqbal, Islam adalah sosialisme plus Tuhan...”
(Dr. Riffat Hassan, Sarjana Pakistan Terkemuka)

“...Karena itu, Iqbal secara positif berpendirian bahwa meringankan kesengsaraan manusia adalah bentuk tertinggi dari pengagungan Tuhan, dan berbakti pada masyarakat adalah ibadah yang terbaik untuk-Nya. Karena itu memperkuat hubungan yang harmonis di antara umat manusia, tanpa memerhatikan warna kulit, kepercayaan, puak, dan kasta, dalam anggapan Iqbal, adalah inti semua agama.”
(Hafidz Abbadullah Farooqi, esais kritis Pakistan)

“...Di antara tulisan-tulisannya dalam bentuk prosa, buku Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam menjadi karya, tidak saja berpotensi sebagai karya klasik, tapi benar-benar telah menjadi risalah dan rujukan klasik.”
(Khalifah Abdul Hakim, Pemikir Muslim Pakistan)

Tentang Penulis ix
Muhammad Iqbal dan Suara Kemanusiaan dari Timur xiii
1 Pengalaman Religius dan Pengetahuan 1
2 Pembuktian Filsafat tentang Pengalaman Religius 33
3 Konsepsi tentang Tuhan dan Arti Shalat 73
4 Tentang Ego Insani-kemerdekaan dan Kebudayaan 109
5 Jiwa Kebudayaan Islam 143
6 Prinsip Gerakan dalam Struktur Islam 167
7 Adakah Agama Mempunyai Kemungkinan? 203
Puisi-puisi Asrar-i-khudi 225
Catatan Awal Menuju ke Puisi-Puisi Humanisme Timur
Iqbal 227
Rahasia Pribadi 236
Alam Semesta dan Kekuatan Pribadi 243
Cinta Mengukuhkan Pribadi 248
Permohonan Memperlemah Pribadi 252
Teguh Pribadi dengan Cinta 254
Pengingkaran Terhadap Pribadi 256
Mempertimbangkan Plato 260
Pesan Bagi Para Sastrawan Islam 262
Fase Pendidikan Pribadi 267
Riwayat Sayyidina Ali 273
Kisah Anak Muda dan Sufi 278
Kisah Seekor Burung 281
Kisah Intan dan Batu Arang 283
Kisah Syeh dan Brahmana 285
Cita-cita Islam 288
Pesan Bagi Kaum Muslim 291
Waktu adalah Pedang 294
Cordoba 296
Pesan Kepada Bangsa Timur 300
Pesan Kepada Manusia 301
Manusia dan Alam 303
Lenin di Hadapan Tuhan 305
Doa 307
Menggali Struktur Sosial Humanisme Timur Iqbal
Masa Depan 309
Catatan-catatan 325

Tentang Penulis

“NALURINYA sudah mengetahui, kematian seorang ayah sudah begitu dekat,” kata Iqbal ketika putrinya yang kecil, Munira, sering mengunjunginya di kamar sewaktu ajal hampir menjelang. Beberapa hari sebelum meninggal, ia mendapat kunjungan seorang kawan lama semasa sama-sama belajar di Jerman dulu, Baron van Voltheim. Dengan kawannya itu Iqbal bicara tentang kenangan lama, tatkala mereka sama-sama tinggal di Munich: bicara tentang puisi, tentang filsafat, tentang politik. Orang yang melihat mereka demikian intim berbincang tak menduga, bahwa saat terakhir bagi Iqbal sudah dekat.

Tatkala sakitnya telah merenggut suaranya dan mencapai puncak kritisnya pada 19 April 1938, seperti diceritakan Raja Hasan yang mengunjungi Iqbal pada malam hari sebelum meninggal, Iqbal sempat membacakan sajaknya:

Melodi perpisahan kau menggema kembali atau tidak
Angin Hijaz kau berembus kembali atau tidak Saat-saat hidupku kau berakhir
Entah pujangga lain kau kembali atau tidak.

Selanjutnya:

Kukatakan kepadamu ciri seorang mukmin
Bila maut datang, akan merekah senyum di bibir

Demikianlah keadaan Iqbal sewaktu menyambut kematiannya. Iqbal meletakkan tangannya pada jantungnya. “Kini, sakit telah sampai di sini.” Iqbal merintih sejenak dan kemudian tersenyum lalu ia pun terbang bersama garuda cita-cita humanisme religiusnya untuk kembali kepada khaliknya.

Iqbal meninggal dunia pada usia 60 tahun Masehi, 1 bulan 26 hari; atau 63 tahun Hijriah, 1 bulan 29 hari. Muhammad Iqbal adalah seorang pujangga Islam yang lahir di Sialkat (Punjab) sebuah kota industri, pada 9 November 1877, sekarang berada di wilayah Pakistan. Iqbal adalah keturunan Brahmana dari subkasta Sapru yang leluhurnya berasal dari Kashmir, yang sekitar abad ke-18 dan awal abad ke- 19 mereka pindah ke Sialkot. Awalnya Iqbal belajar di sebuah Maktab (setingkat madrasah).

Kemudian belajar di sekolah misi, Scoth Mission School. Setelah tamat pada 1895, Iqbal melanjutkan pendidikannya di Goverment College, Lahore. Iqbal banyak dipengaruhi oleh gurunya, seorang ulama masyhur, Maulana Mir Hasan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syam al-Ulama, Matahari Para Ulama. Syam al-Ulama inilah yang mendorong Iqbal untuk memperdalam kajian dalam bidang kebudayaan dan sastra Islam. Dari Syam al-Ulama inilah Iqbal amat terkesan akan cita-cita dan jiwa keislaman.

Pada 1899 Iqbal memperoleh MA dan atas saran dan desakan gurunya, Prof. Thomas Arnold. Pada 1905 Iqbal meneruskan studinya ke Universitas Cambridge, London. Di sinilah Iqbal memperdalam filsafat di bawah bimbingan McTaggart. Iqbal juga menyempatkan diri belajar di Universitas Munich, Jerman. Di universitas ini ia menulis tesis doktoralnya: The Development of Metaphysics In Persia, pada 1907, di bawah bimbingan Prof. F. Hammel.

Sebelum Iqbal berangkat ke Eropa, ia pernah mengajar di Oriental College dan Goverment, Lahore. Kariernya dalam dunia pendidikan ia lanjutkan sekembalinya dari Eropa. Iqbal mengajar kuliah filsafat dan sastra Inggris. Tapi ia juga membuka praktik sebagai pengacara. Pekerjaan inilah yang membawa Iqbal ke dalam pergaulan politik di negerinya. Kariernya sebagai politisi membawa Iqbal menjadi Presiden Liga Muslim India. Di sini pula Iqbal bersahabat dengan Muhammad Ali Jinnah dan mencetuskan gagasan tentang pembentukan negara sendiri bagi kaum Muslim di anak benua India.

Dalam perkembangannya kemudian gagasan itu terwujud menjadi negara Pakistan sekarang. Muhammad Iqbal, sang filsuf dan penyair, telah mewariskan karya yang sangat berharga kepada dunia, antara lain: The Development of Metaphysics in Persia; Bang-I-Dara; Asrar-I-Khudi; Rumuz-I-Bekhudi; Chidr-I-Rah; Tulu’-I-Islam; Payam-I-Mashriq; Zabur-I-‘Ajam; Javed Namah; The Reconstruction of Religious Thought in Islam; dan The Reconstruction of Muslim Jurisprudence (tak terselesaikan).[]

INFO BUKU

Judul: Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam
Penulis: Muhammad Iqbal
Penerbit: Jalasutra
Edisi: 2008
Halaman: 337
Ukuran: 15 x 21 cm
Sampul: Soft Cover
Bahasa: Indonesia
Kondisi: Buku Baru
Harga: Rp. 82.200 Rp. 65.600

No comments:

Post a Comment